Ulasan Terhadap Cerpen “Perbuatan Sadis” dan “Pispot” Karya Hamsad Rangkuti

sumber: www.goodreads.com

        Cerpen Perbuatan Sadis dan Pispot karya Hamsad Rangkuti ini masing-masing dimuat pada dua buku yang berbeda. Cerpen Perbuatan Sadis dimuat pada buku terbitan Kompas berjudul Sampah Bulan Desember dengan cetakan pertama pada tahun 2000. Sedangkan cerpen Pispot dimuat pada buku dengan judul Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu. Buku tersebut merupakan buku terbitan Diva Press, setebal 236 halaman dengan cetakan pertama pada tahun 2016.
          Cerpen Perbuatan Sadis menceritakan tentang penjambretan kalung seorang wanita muda yang sedang menunggu datangnya kendaraan umum di halte bis oleh dua preman. Namun, ketika dijambret wanita itu terlihat tenang-tenang saja. Karena ternyata kalung yang dipakai oleh wanita itu adalah kalung imitasi. Wanita itu merasa puas karena berhasil menipu preman tadi. Tapi, tanpa disangka dua preman itu kembali setelah menyadari bahwa kalung emas yang dijambretnya adalah imitasi. Kemudian ia memaksa wanita itu menelan perhiasannya itu, “Makan! Telan kalung imitasimu ini. Kau telah permainkan kami dengan kepalsuan. Sekarang kau harus menelan kepalsuan ini! Ayo telan!” seru si preman pada wanita muda. Wanita itu pun terpaksa menelan perhiasannya. Begitulah perbuatan sadis yang terjadi pada wanita tersebut.
          Sedangkan cerpen Pispot menceritakan tentang seorang penjambret kalung emas yang menelan hasil jambretannya kemudian tertangkap dan dibawa ke kantor polisi. Di kantor polisi pria itu dipaksa mengakui bahwa dia telah menelan kalung hasil jambretannya, namun dia tidak mau mengaku. Hingga akhirnya polisi memaksanya memakan obat pencahar, pisang, dan pepaya agar pria itu mencret dan kalung hasil jambretannya keluar. Lalu, disediakanlah pispot untuk menampung kotorannya yang kemudian akan diperiksa oleh petugas. Beberapa kali ia mengeluarkan kotorannnya, namun kalung emas itu belum juga keluar bersama kotorannya. Hingga akhirnya pria itu dibebaskan dari tuduhan penjambretan. Pada bagian akhir, pria tersebut bercerita kepada tokoh aku (yang berperan sebagai saksi) bahwa sebenarnya ia memang telah menelan kalung itu, dan telah tiga kali kalung itu keluar ke dalam pispot, tiga kali pula ia menelannya kembali. Pria itu terpaksa menjambret dan melakukan perbuatan itu karena anaknya sedang sakit.
         Dari kedua cerpen tersebut permasalah yang diangkat penulis hampir sama, yaitu tentang penjambretan dan menelan perhiasan. Sudut pandang dari masing-masing cerita juga sama, tiap cerita digambarkan melalui sudut pandang orang pertama pelaku sampingan yakni sebagai saksi. Perbedaan antara kedua cerpen tersebut adalah pada cerpen pertama tokoh dipaksa untuk menelan perhiasannya, sedangkan pada cerpen kedua sang tokoh terpaksa menelan perhiasan hasil jambretannya. Ada satu dialog dari tokoh aku pada cerpen Perbuatan Sadis yang menurut saya dapat menyimpulkan kedua cerpen ini, yaitu “Kemiskinan membuat orang nekat”.
          Keluar dari konteks penjambretan maupun kemiskinan, menurut saya ada bahasan topik lain yang juga ingin diangkat oleh penulis. Pada cerpen pertama bisa diambil pelajaran bahwa bermain-main dengan bahaya itu tidak baik karena dapat membahayakan orang lain maupun diri kita sendiri, meminimalisir perbuatan kejahatan dapat dilakukan dengan menggunakan perhiasan sewajarnya. Pada cerpen kedua diberikan gambaran figur seorang ayah yang sangat sayang kepada anaknya yang diwujudkan dengan sikap rela melakukan apapun untuk anaknya yang sedang sakit.
          Cerpen-cerpen yang ditulis Hamsad Rangkuti berkisar pada fenomena yang terjadi sehari-hari. Dengan modal kepekaan terhadap peristiwa-peristiwa yang dianggap remeh ia melahirkan berbagai karya. Hamsad Rangkuti juga menggunakan pemilihan kata yang menurut saya mudah dipahami.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Fakta Cerita dan Tema dalam Cerita Pendek ‘Segitiga Emas’ Karya Seno Gumira Ajidarma

Desember dan Ngelive ERK